puisi karya : bapakear ganteng. ig:@bapakear.
hari ini setelah kuteguk segelas teh tanpa gula
ku buka perangkat fana bernama sosial media
sempat berpikir untuk menjauhi barang itu
cuman apa kata, semua berita lari ke yang katanya sampah itu.
kubaca berita pertama
yang keluar adalah orang yang menjual sandiwara
tak tau kenapa, tak pantas disebut artis rasanya orang itu
sebab, apakah seni yang mereka sajikan atau sekedar drama yang mereka anggap cerita?
kubuka kembali berita kedua,
sepertinya mulai pedih mata ini membaca
bagaimana tidak? lagi-lagi berita pertengkaran makhluk yang disebut sebagai public figure yang dipertontonkan.
aku tau, sejatinya hanya drama yang dipertunjukkan. tapi? kenapa masyarakat senang? entahlah siapa yang salah. saya hanya pembaca.
sejujurnya ragu jari untuk sekedar mengusap layar perangkat ini.
hanya rasanya diri ini terlalu dimakan masa sehingga tidak kenal dunia.
kubaca akhirnya,
tuhan, ini berita pentingkah atau berita semena mena?
kulihat, lagi-lagi pajak bertambah,.
lagi lagi sepertinya rakyat akan menderita.
dan lagi lagi keputusan dibuat tanpa memandang jalan jalanan ibukota atau desa.
ya allah, inikah berita semena mena? atau keputusan semena mena?
rasanya kesejahteraan rakyat kecil adalah cerita yang fana.
benar ucap ayah, sepertinya air mata tidak berlaku untuk orang susah.
bagaimana berlaku? tengoklah jajaran elit yang duduk di sofa buatan eropa.
pernah mereka merasa setetes saja air mata ibu di pinggir jalan yang jatuh karena anaknya belum sekedar minum susu formula?
aku bingung sekarang, ingin menjadi apa kedepannya.
cita cita menjadi kaya, tetapi rasanya kekayaan adalah hasrat lupa akan sekitar.
tetapi, status kaya lah yang membuat lisan menjadi lebih elok untuk didengar. sekiranya begitu yang kudengar dari penjaga warung yang menggantungkan hidupnya dengan berjualan dan kepekaan masyarakat terhadap ekonomi yang katanya kerakyatan.
entahlah, hidup memang keras. dan semoga jiwa ini jauh lebih keras dari hidup.
0 Comments